Penderitaan datang dalam berbagai bentuk. Musibah, kehilangan,
penganiayaan, sakit-penyakit. Sebagai umat percaya, bukan berarti kita tidak akan
mengalami penderitaan di dunia ini. Sebaliknya, justru kita telah ditetapkan untuk
menderita, khususnya demi iman kepercayaan kita (1Tes. 3:3; Kis. 14:22; Mat. 24:9;
Yoh. 15:18-20). Karena itu, Petrus memberikan dorongan bagi umat percaya yang
tersebar de seluruh pelosok dunia, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu
heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada
sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu” (1Ptr. 4:12). Dengan mempersiapkan
diri kita, maka ketika pengujian itu datang, kita tidak akan didapati dalam keadaan
tidak berjaga-jaga.
Sebagaimana api memurnikan emas, demikian pula segala pengujian itu akan memurnikan iman kita “... - yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1Ptr. 1:7). Bilamana kenikmatan materi seringkali membuat rohani kita jatuh tertidur, maka sebaliknya pencobaan justru akan melatih kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Melalui pengujian, kita akan dapat membangun sifat-sifat Kristus dalam diri kita seperti ketekunan, kesabaran, kemurnian, dan belas kasihan. Selain itu pula, ketika kita harus mengalami penderitaan karena iman kita, maka sebenarnya kita pun telah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (1Ptr. 4:13). Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan adalah untuk kebaikan kita. Bagi mereka yang mengasihi Tuhan, penderitaan selalu memiliki maksud yang baik. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala- galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2Kor. 4:17). Bila kita dapat memahami kemuliaan kekal yang akan dihasilkan oleh penderitaan itu bagi kita, maka segala pengujian kita itu akan menjadi ringan dan sementara saja sifatnya.
Sebagaimana api memurnikan emas, demikian pula segala pengujian itu akan memurnikan iman kita “... - yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1Ptr. 1:7). Bilamana kenikmatan materi seringkali membuat rohani kita jatuh tertidur, maka sebaliknya pencobaan justru akan melatih kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Melalui pengujian, kita akan dapat membangun sifat-sifat Kristus dalam diri kita seperti ketekunan, kesabaran, kemurnian, dan belas kasihan. Selain itu pula, ketika kita harus mengalami penderitaan karena iman kita, maka sebenarnya kita pun telah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (1Ptr. 4:13). Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan adalah untuk kebaikan kita. Bagi mereka yang mengasihi Tuhan, penderitaan selalu memiliki maksud yang baik. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala- galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2Kor. 4:17). Bila kita dapat memahami kemuliaan kekal yang akan dihasilkan oleh penderitaan itu bagi kita, maka segala pengujian kita itu akan menjadi ringan dan sementara saja sifatnya.
No comments:
Post a Comment