Bersandar pada Roh Kudus


Yesus pernah berjanji bahwa Roh Kudus akan mengajar kita dan menolong kita (Yoh. 14:26). Ia akan mengingatkan kita pada firman Tuhan dan menerangi hati kita agar kita dapat memahami firman Tuhan. Seringkali, ketika kita mencari kehendak Tuhan, Roh Kudus membantu mengingatkan kita akan pengajaran-pengajaran tertentu dalam Alkitab yang sesuai dengan situasi kita pada saat itu. Roh Kudus juga akan memberi kita hikmat untuk mengerti bagaimana menerapkan pengajaran tersebut. Bahkan di saat-saat tertentu, Roh Kudus pun dapat berbicara langsung kepada kita dan memberitahu kita apa yang harus kita lakukan (bd. Kis. 16:6-10). Sebagai penasihat pribadi, Roh Kudus akan selalu menyertai kita di setiap waktu. Kita hanya perlu memohon petunjuk-Nya. 

Menyanyikan pujian


Menyanyikan pujian juga merupakan suatu sumber sukacita rohani yang besar (Ef. 5:19). Dengan menyanyikan pujian, Saudara dapat meringankan beban hati Saudara ketika Saudara merasa menderita atau putus asa. Bahkan dalam masa-masa yang paling sulit dan frustasi, Saudara dapat menyanyikan pujian untuk membangkitkan semangat Saudara dan memuji Tuhan (Kis. 16:25). 

Terang selalu ada bagi umat yang percaya akan Kristus


 Selalu akan ada terang di ujung lorong bagi umat Tuhan yang setia. Iman dan kepercayaan kepada Tuhan adalah kunci untuk menambal hati yang hancur (Mzm. 28:7). Ia adalah sumber penghiburan dan kekuatan yang teguh. Nabi Yeremia pernah menuliskan tentang hati Tuhan terhadap umat-Nya yang sedang menderita, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu ... yaitu rancangan-rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan ... apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati” (Yer. 29:11-13). 

Jangan putus asa ketika mengalami penderitaan


Penderitaan datang dalam berbagai bentuk. Musibah, kehilangan, penganiayaan, sakit-penyakit. Sebagai umat percaya, bukan berarti kita tidak akan mengalami penderitaan di dunia ini. Sebaliknya, justru kita telah ditetapkan untuk menderita, khususnya demi iman kepercayaan kita (1Tes. 3:3; Kis. 14:22; Mat. 24:9; Yoh. 15:18-20). Karena itu, Petrus memberikan dorongan bagi umat percaya yang tersebar de seluruh pelosok dunia, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu” (1Ptr. 4:12). Dengan mempersiapkan diri kita, maka ketika pengujian itu datang, kita tidak akan didapati dalam keadaan tidak berjaga-jaga.

Sebagaimana api memurnikan emas, demikian pula segala pengujian itu akan memurnikan iman kita “... - yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1Ptr. 1:7). Bilamana kenikmatan materi seringkali membuat rohani kita jatuh tertidur, maka sebaliknya pencobaan justru akan melatih kita dan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Melalui pengujian, kita akan dapat membangun sifat-sifat Kristus dalam diri kita seperti ketekunan, kesabaran, kemurnian, dan belas kasihan. Selain itu pula, ketika kita harus mengalami penderitaan karena iman kita, maka sebenarnya kita pun telah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus (1Ptr. 4:13). Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan adalah untuk kebaikan kita. Bagi mereka yang mengasihi Tuhan, penderitaan selalu memiliki maksud yang baik. “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala- galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami” (2Kor. 4:17). Bila kita dapat memahami kemuliaan kekal yang akan dihasilkan oleh penderitaan itu bagi kita, maka segala pengujian kita itu akan menjadi ringan dan sementara saja sifatnya. 

Serahkanlah Segala Kekuatiran Kepada Tuhan


Serahkanlah beban Saudara kepada Tuhan, maka seperti yang dinyanyikan oleh Raja Daud, “... Ia akan memelihara engkau ...” (Mzm. 55:23). Dalam situasi-situasi yang sulit, seringkali kita lupa bahwa Tuhan ada di sisi kita. Kita begitu mudah melupakan bahwa Tuhan peduli pada kita di saat kita menderita, karena justru Tuhanlah yang seringkali kita salahkan atas penderitaan kita itu. Namun, jarang kita dapat menyadari bahwa sesungguhnya adalah suatu berkat bila kita dapat merasakan sakit, baik sakit secara fisik maupun emosional. Walaupun Tuhan tidak senang melihat kita menderita,
83
Hidup Baru Dalam Kristus
tapi Ia mengizinkan penderitaan itu datang agar rohani kita dapat menjadi dewasa. Sekalipun demikian, kita dapat selalu berlari kepada-Nya dalam kesesakan kita dan menyerahkan kepada-Nya segala kekuatiran kita karena Ia yang memelihara kita (1Ptr. 5:7). Tidak hanya Ia turut merasakan kesesakan kita, tetapi Ia juga akan melengkapi kita dengan kekuatan yang kita butuhkan (1Ptr. 5:10). Menyadari betapa besarnya kasih Tuhan itu, Paulus menyatakan kemenangannya atas segala bentuk pengujian. Tuhan, yang begitu mengasihi kita sehingga menyerahkan Anak-Nya yang tunggal, akan selalu menjadi penolong dalam kesulitan kita. Karena itu tidak ada penderitaan, sebesar apapun juga, yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan (Rm. 8:28-39). 

Mengampuni orang lain


Sebelum Tuhan mengampuni kesalahan kita, Ia menghendaki kita juga terlebih dahulu mengampuni kesalahan orang lain. Karena itu dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa bila kita ingin memohon pengampunan dari Bapa di surga, maka kita pun perlu memeriksa diri apakah kita juga telah terlebih dahulu mengampuni orang yang bersalah kepada kita (Mat. 6:12). Yesus pernah menceritakan suatu perumpamaan mengenai seorang hamba yang diampuni oleh tuannya atas hutangnya yang begitu besar. Tetapi ia justru tidak mau memaafkan seorang hamba lain yang berhutang padanya, sekalipun hutang rekannya itu jauh lebih kecil dibandingkan hutangnya yang telah dihapuskan oleh tuannya itu. Dalam perumpamaan ini Tuhan mengajarkan bahwa Bapa di surga pun akan memperlakukan setiap orang di antara kita dengan cara yang sama seperti kita memperlakukan saudara kita (Mat. 18:21-35). Jika kita dapat dengan tulus mengampuni saudara kita, maka Bapa kita pun akan mengampuni kita dari segala dosa kita. 

Pertobatan Kristen


Sama seperti dosa memisahkan Adam dan Hawa dari Pencipta mereka, demikian pula dosa dapat menghancurkan hubungan seorang umat percaya dengan Tuhan. Dalam sepanjang sejarah bangsa Israel, dosa selalu menjadi penyebab utama kejatuhannya. Nabi Yesaya memberitahukan umat mengapa Allah terasa begitu jauh dari mereka, “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu” (Yes. 59:2). Persekutuan kita dengan Tuhan pun dapat menjadi seperti itu akibat dosa kita. Jika kita terus membiarkan dosa kita itu, maka lama- kelamaan hati kita akan menjadi keras dan akhirnya kita akan berpaling dari Allah yang hidup (Ibr. 3:12,13).
Sekalipun Israel telah memberontak, Allah tetap memberikan mereka suatu jalan untuk memperbaiki hubungan mereka dengan-Nya. Allah berseru kepada mereka, “...Kembalilah kepada-Ku, maka Aku pun akan kembali kepadamu...” (Zak. 1:3, Mal. 3:7). Bila kita ingin menikmati kembali persekutuan kita dengan Tuhan, maka kita harus berbalik dari dosa dan kembali ke jalan Tuhan. Sebagai umat percaya yang dosa-dosanya telah dibersihkan oleh darah Kristus, kita mungkin masih melakukan dosa dalam kehidupan kita, entah dalam pikiran, perkataan, ataupun perbuatan kita. Tetapi setiap kali kita menyadari pelanggaran kita, maka kita harus belajar untuk dengan rendah hati kembali kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya. 

Godaan dan dosa


Iblis bagaikan seorang pemburu, ia memikat keinginan-keinginan daging kita dan membawa kita jauh dari Tuhan. Ia menggunakan keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (bd. 1Yoh 2:16). Godaan seringkali menawarkan kepuasan atau penyelesaian cepat atas kebutuhan-kebutuhan kita. Mereka mengaburkan pandangan kita dan mengalihkan kita dari segala berkat kekal yang dijanjikan Tuhan. Orang-orang yang lebih suka mengikuti keinginannya daripada kehendak Tuhan serta mereka yang tidak berpengertian akan masuk dalam jerat iblis.
Godaan itu selalu menipu. Ia membuat kita mempertanyakan kekuasaan Tuhan dan membenarkan apa yang salah. Bila kita tidak berhati-hati, maka dalam hati kita akan mulai bertanya, “mengapa tidak?” Dan tidak lama kemudian kita akan segera “menjilati darah yang membeku”. Tetapi akibatnya sangatlah fatal. Orang-orang yang mengikuti bujukan-bujukan itu pada akhirnya akan menemukan bahwa di dalamnya tersembunyi kekosongan rohani dan emosi. Di bawah permukaan dosa yang tampak indah, terdapat kematian rohani. 

Doa sesudah bekerja

Allah, Bapa yang penuh kasih setia,
kami bersyukur kepadaMu atas bimbingan dan kasihMu,
yang kami alami selama kami melaksanakan pekerjaan yang baru saja kami selesaikan.
Semoga hasil yang kami capai berguna bagi hidup kami dan berkenan padaMu.
Semoga kami tidak menjadi sombong karena keberhasilan kami.
Kami sadar bahwa semua hasil yang baru saja kami capai berasal dariMu juga.

Bapa, kami mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang kami lakukan dalam bekerja tadi.
Semoga kami tidak menjadi putus asa karena mengalami kegagalan.
Semua kerja kami ini kami persatukan dengan karya Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Doa tobat Kristen

Tuhan Yesus Kristus, aku menyesal atas semua perbuatan sesat dan dosa - dosa ku.
Aku sungguh menyesal.
terutama karena aku telah tidak setia dan melupakan engkau.
yang maha pengasih dan mahabaik bagiku.
Aku menyesali segala perbuatan dosa ku dan berjanji untuk bertobat.
Tidak akan mengulangi hal-hal yang menyesatkan lagi.

Ya Tuhan ampunilah Aku orang berdosa.

(Amin.)

Doa Kristen ketika sedang sakit

Yesus sahabatku.
Aku tahu Engkau selalu ada di sisiku.
Sangat dekat denganku, bahkan memelukku.
Ikut merasakan sakitku.

Aku lelah menanggung sakitku ini.
Tetapi aku percaya,
Engkau akan tetap beri semangat kepada aku yang lemah ini.
Dan Engkau sanggup menyembuhkan.
Betapapun beratnya sakitku.

Yesusku,
Terima kasih, Engkau beri Ayah dan Ibu yang baik.
Kakak dan adik yang manis.
Yang selalu menghiburku dan membangkitkan semangatku.
Untuk bertahan, sabar, dan selalu tekun dalam doa.

Yesusku,
Ke dalam tangan-Mu kuserahkan diriku.
Sembuhkanlah aku.
Agar aku dapat kembali berbahagia bersama mereka.
Amin.

Doa Kristen pagi hari

Bapa, pada pagi hari ini aku menghadap kepada-Mu untuk mengucap syukur karena sepanjang malam Engkau telah melindungi aku.
Pagi hari ini aku mohon bimbingan-Mu, karuniakanlah aku hikmat-Mu karena dunia ini penuh dengan dosa dan penuh dengan kesulitan.
Sebelum aku melangkah hari ini, kiranya firman-Mu menjadi pedoman dan renunganku sepanjang hari ini. Aku mau menjadi saksi-Mu dengan gaya hidupku.
Untuk itu kendalikanlah lidahku dan kuasailah pemikiranku, agar aku dapat melakukan tugasku dengan kekuatan hikmat-Mu
Bapa, aku mempercayakan diriku kepada-Mu dan aku yakin bahwa hari ini adalah hari-Mu
Aku akan bersukacita karenanya
Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin

Doa mohon kedamaian

Yesus, Raja Alam Semesta.
Aku melihat berita di dunia.
Ada banyak kerusuhan, kejahatan, dan malapetaka.
Peperangan dan kejahatan terjadi di mana-mana.

Tuhan, semua itu sungguh sangat menakutkan.
Segeralah menolong kami.
Berilah damai-Mu, bukan hanya di dalam rumah kami.
Tetapi juga di mana-mana di seluruh jugat raya ini.
Supaya tidak ada lagi kerusuhan, peperangan, teror.
Itu semua menukutkan, menyakitkan, dan menyedihkan.

Tolonglah ya Yesus Raja Damai.
Turunkan damai-Mu untuk kami.
Aku berserah pada-Mu dalam doa.
Engkau pasti akan segera bertindak.
Amin.

Dasar-Dasar Ajaran Trinitas Dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah. Berikut secara ringkas bagian-bagian Perjanjian Baru dimana Trinitas diajarkan.

1. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu dengan lebih jelas, dan juga menyetarakan Mereka. (Yohanes 5:31,32,37).
Yohanes 5:31 menunjukkan Yesus sebagai “saksi”, dan Yohanes 5:32,37a menunjukkan Bapa sebagai “saksi yang lain”, dimana untuk kata-kata “yang lain” digunakan kata bahasa Yunani “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada waktu Yesus disebut sebagai saksi, dan Bapa sebagai Saksi yang lain, dan kata ‘yang lain’ itu menggunakan allos, maka itu menunjukkan bahwa Yesus mempunyai kwalitet atau jenis yang sama dengan Bapa, dan ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah!
Hal yang sama terjadi antara Yesus dan Roh Kudus. Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Di sini untuk kata-kata “yang lain” juga digunakan “allos”, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama. Dengan demikian Bapa, Anak, dan Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama, dan semua ini bisa digunakan untuk mendukung doktrin Trinitas. Memang di sini tidak terlihat kesatuan dari pribadi-pribadi itu, tetapi ini dengan mudah bisa didapatkan dari ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, seperti Ulangan 6:4; Markus 12:32; Yohanes 17:3 1Timotius 2:5 Yakobus 2:19 1 Korintus 8:4, dsb, yang telah saya bahas di depan.

2. Perjanjian Lama menyebut TUHAN (YHWH) sebagai Penebus dan Juruselamat (Mazmur 19:15; 78:35; Yesaya 43:3,11,14; 47:4; 49:7,26 ; 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus¬lah yang disebut demikian (Matius 1:21 Lukas 1:76-79; 2:11; Yohanes 4:42; Galatia 3:13; 4:5; Titus 2:13).

3. Perjanjian Lama mengatakan bahwa TUHAN (YHWH) tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Mazmur 74:2; 135:21; Yesaya 8:18; 57:15; Yehezkiel 43:7,9; Yoel 3:17,21; Zakharia 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; Roma 8:9,11; 1 Korintus 3:16; Galatia 4:6; Ef 2:22; Yakobus 4:5).

4. Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya ke dalam dunia (Yohanes 3:16; Galatia 4:4; Ibrani 1:6; 1 Yohanes 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7; Galatia 4:6).

5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Markus 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Matius 11:25-26; 26:39; Yohanes 11:41; 12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Roma 8:26).

6. Perjanjian Baru menunjukkan ketiga pribadi Allah itu disebut dalam satu bagian Kitab Suci. Pada peristiwa baptisan Kristus (Matius 3:16-17); Pada peristiwa Amana Agung (Matius 28:19); Penjelasan Paulus tentang Kharismata atau karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:4-6); Berkat Rasuli (2 Korintus 13:13); Tentang kesatuan tubuh Kristus (Efesus 4:4-6); dan pernyataan Petrus (1 Petrus 1:2). Perlu diperhatikan dalam ayat-ayat di atas ini adalah bahwa urut-urutannya tidak selalu Bapa sebagai yang pertama disebutkan, Anak sebagai yang kedua, dan Roh Kudus sebagai yang ketiga. Urut-urutan dbolak-balik, dan ini menunjukkan kesetaraan Mereka. Kalau Bapa memang lebih tinggi dari Anak, maka adalah mustahil bahwa Yesus kadang-kadang ditulis lebih dulu dari Bapa, dan kalau Roh Kudus hanya sekedar merupakan ‘tenaga aktif Allah’, maka juga merupakan sesuatu yang mustahil bahwa ‘tenaga aktif Allah’ itu ditulis lebih dulu dari Allahnya sendiri.

Dalam kasus-kasus tertentu, tiga nama yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau dikatakan ada konferensi tingkat tinggi tiga negara, maka kalau negara yang satu mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu tergan¬tung dari konteksnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga pribadi itu disebutkan bersama-sama? Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam konteks yang sakral, seperti formula baptisan (Matius 28:19), berkat kepada gereja Korintus (2 Korintus 13:13), baptisan Yesus (Matius 3:16-17), dsb. Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.

7. Dalam Matius 28:19 dikatakan “dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”. Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa.

Bersama Yesus, maka kita dimerdekakan

Seseorang yang terus-menerus melakukan dosa ketidakmurnian dan tidak mempunyai kekuatan untuk berkata “tidak” terhadap dosa telah menjadi hamba dosa, yang sebenarnya tidak bebas lagi. Namun, bersama dengan Yesus, seseorang dapat lepas dari belenggu dosa dan memperoleh kemerdekaan untuk meninggalkan kegelapan dan hidup dalam terang. Kuncinya adalah, terus bekerja dengan rahmat Allah yang mengalir dalam doa. Selanjutnya, karena kita berjalan dalam iman bersama-sama dengan umat Allah yang lain, maka sudah selayaknya kita juga bergabung dalam komunitas untuk saling menguatkan. Kalau semua ini dibarengi dengan keteguhan untuk menghindari kesempatan berbuat dosa serta terus mengembangkan kebajikan kemurnian, maka niscaya, suatu saat kita akan berkata, “Terpujilah Tuhan, sebab Ia telah membebaskanku dari keterikatan dosa ketidakmurnian!”

Dasar dari Injil mengenai Trinitas


Yesus menunjukkan persatuan yang tak terpisahkan dengan Allah Bapa, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (Yoh 14:9). Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Dengan demikian Yesus menyatakan Diri-Nya sama dengan Allah: Ia adalah Allah. Hal ini mengingatkan kita akan pernyataan Allah Bapa sendiri, tentang ke-Allahan Yesus sebab Allah Bapa menyebut Yesus sebagai Anak-Nya yang terkasih, yaitu pada waktu pembaptisan Yesus (lih. Luk 3: 22) dan pada waktu Yesus dimuliakan di atas gunung Tabor (lih. Mat 17:5).
Yesus juga menyatakan keberadaan Diri-Nya yang telah ada bersama-sama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lih. Yoh 17:5). Kristus adalah sang Sabda/ Firman, yang ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan (Yoh 1:1-3). Tidak mungkin Yesus menjadikan segala sesuatu, jika Ia bukan Allah sendiri.
Selain menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa, Yesus juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Roh Kudus, yaitu Roh yang dijanjikan-Nya kepada para murid-Nya dan disebutNya sebagai Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, (lih. Yoh 15:26). Roh ini juga adalah Roh Yesus sendiri, sebab Ia adalah Kebenaran (lih. Yoh 14:6). Kesatuan ini ditegaskan kembali oleh Yesus dalam pesan terakhir-Nya sebelum naik ke surga, “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20).
Selanjutnya, kita melihat pengajaran dari para Rasul yang menyatakan kembali pengajaran Yesus ini, contohnya, Rasul Yohanes yang mengajarkan bahwa Bapa, Firman (yang adalah Yesus Kristus), dan Roh Kudus adalah satu (lih 1 Yoh 5:7); demikian juga pengajaran Petrus (lih. 1 Pet:1-2; 2 Pet 1:2); dan Paulus (lih.  1Kor 1:2-10; 1Kor 8:6; Ef 1:3-14). Rasul Paulus

Doa Allah Tritunggal Maha Kudus ( Trinitas )

Ya Allah Tritunggal Maha Kudus, kami memuji nama-Mu dan keajaiban kasih-Mu yang Engkau nyatakan di dalam Kristus Putera-Mu yang telah wafat dan bangkit bagi kami. Di dalam Kristuslah, kami mengenal kedalaman misteri kehidupan-Mu, yang adalah KASIH ilahi. Berikanlah kepada kami, ya Tuhan, rahmat pengertian akan misteri kasih-Mu itu, agar kami dapat memuliakan Engkau dan menyembah kesatuan Kasih Ilahi-Mu. Semoga oleh kuasa-Mu, hati kami dapat terbuka untuk melihat betapa besar dan dalamnya misteri Kasih itu. Di dalam nama Yesus Kristus kami naikkan doa ini. Amin.

Janganlah putus asa disaat kesulitan ekonomi


Kita sering mendengar orang - orang yang sedang putus asa karena kesulitan ekonomi yang dihadapi. Kemudian mereka mulai menjauh dari Tuhan. Sebenarnya disaat krisis itu saat nya kita kembali kepada Tuhan. Karena Tuhan memperingati akan dosa - dosa kita. Coba kita renungkan dosa - dosa yang telah kita perbuat , mulai bertobat dan memulai hidup baru di dalam Tuhan Yesus Kristus. Pelan - pelan kita akan membentuk semangat hidup baru. Hidup penuh karunia dan rencana Tuhan.

Pandangan iman Kristen tentang hari baik dan buruk


Di dalam Tuhan, semua hari, tanggal, bulan dan tahun adalah baik. Sebab Dialah yang menciptakan hari-hari dan hidup manusia. Kalau kita diizinkan mengalami musibah, sakit penyakit, kegagalan, janganlah terburu-buru kita menyalahkan Tuhan. Mungkin saja kita mengalami musibah karena kurang berhat-hati atau ceroboh. Kita mengalami sakit karena kurang bijaksana dalam menjaga kesehatan, misalnya makan makanan sembarangan, jarang berolahraga, kurang istirahat, stress berlebihan. Kita mengalami kegagalan karena kurang mempersiapkan diri dengan baik. Memang, ada juga musibah, penyakit dan kegagalan yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau orang lain. Terhadap penyebab terakhir ini, kita sebagai orang Kristen mau meneladan sikap Tuhan Yesus yang mau mengampuni mereka yang bersalah seperti yang diajarkan-Nya melalui Doa Bapa Kami, “… dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12). Tuhan tidak mau kita kehilangan damai sejahtera dan kegembiraan hidup, hanya karena kita senantiasa menyimpan kesalahan orang lain dan tidak mau mengampuninya.
Hidup manusia itu sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak seorang pun dapat mengubah masa lalu, tetapi ia dapat memperbaikinya agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali di masa depan. Tidak seorang pun tahu mengenai masa depan, apa yang akan terjadi dengan hidupnya besok, kapan ia mati, dan tidak perlu rasanya mencari tahu mengenai masa depan. Yang perlu dilakukan adalah menjalani hari ini, saat ini, detik ini dengan sebaik-baiknya sebagai anugerah Tuhan, mensyukurinya sambil memercayakan diri bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri. Ia adalah Imanuel, Allah yang senantiasa beserta umat-Nya baik di kala umat-Nya mengalami kegembiraan maupun kesedihaan, keberhasilan maupun kegagalan, kelahiran maupun kematian.

Ramalan menurut pandangan iman Kristen


Umat yang dikasihi Tuhan, biasanya ketika memasuki tahun baru ada satu jenis pekerjaan yang cukup laris didatangi orang. Pekerjaan itu adalah meramal. Di Indonesia, sekalipun beberapa orang sudah berpendidikan cukup tinggi, tetapi tetap saja ada yang datang ke dukun, ke peramal, ke ahli nujum untuk mengetahui peruntungan atau nasibnya di tahun baru. Mulai dari kehidupan asmara, pekerjaan, bisnis, keberuntungan atau kegagalan, bencana, semuanya ingin diketahui.
Lalu, seandainya sudah tahu yang bakal terjadi di masa mendatang, apa yang mau dilakukan? Tentunya manusia ingin agar bisa mengantisipasi hidupnya, supaya hal-hal yang buruk tidak terjadi. Misalnya, kalau seseorang diramalkan tanggal sekian, jam sekian, akan tertabrak mobil, maka sedapat-dapatnya ia tidak keluar rumah pada tanggal dan jam yang sudah diramalkan.
Manusia sendiri dapat dikatakan puncak dari segala ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diciptakan seturut dengan gambar dan rupa Allah. Berbeda dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan, manusia diberi kemampuan berpikir, mencipta, mengantisipasi masa depan. Berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengantisipasi masa depan, melalui pengalaman, pengetahuan, teknologi, manusia berupaya untuk mencegah hal-hal yang buruk yang mungkin akan terjadi.
Memprediksi atau meramal berarti melihat (menduga) keadaan (hal) yang akan terjadi. Artinya, ramalan bisa benar-benar terjadi, tetapi juga bisa tidak terjadi, karena sifat dugaan itu tadi. Misalnya, ramalan cuaca dari BMG yang mengatakan bahwa malam hari akan cerah berawan, tetapi belum tentu apa yang diramalkan akan benar-benar terjadi.
Bagaimana bila orang Kristen pergi kepada peramal untuk melihat peruntungannya di tahun baru? Apa kata Alkitab mengenai hal ini?
Alkitab, terutama kitab Imamat dalam Perjanjian Lama dengan jelas memberi tuntunan kepada umat Tuhan agar mereka jangan berpaling kepada arwah atau roh-roh peramal. Mengapa? Supaya mereka jangan menjadi najis karena mereka (Imamat 19:31). Ganjaran bagi orang yang datang kepada arwah atau roh-roh peramal dan bertanya kepada mereka sangatlah mengerikan, yaitu bahwa Tuhan sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkannya dari tengah-tengah bangsanya! (Imamat 20:6). Lebih jelas lagi, kitab Imamat memberikan petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan terhadap seorang laki-laki atau perempuan yang dirasuk arwah atau roh peramal, yaitu pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri (Imamat 20:27).
Allah tidak ingin umat-Nya berpaling kepada roh-roh peramal, dan dengan demikian menjadi najis (cemar). Kepada-Nyalah manusia semestinya memercayakan seluruh hidupnya, dan bukan pada yang lain. Dialah Pencipta kita, dan Ia ingin agar kita sebagai ciptaan-Nya menaruh harap hanya kepada-Nya saja.
Bagaimana dengan kitab-kitab dalam Perjanjian Baru? Apakah Perjanjian Baru juga berbicara mengenai ramal-meramal dan sikap kita terhadapnya? Agaknya Perjanjian Baru tidak secara eksplisit menjelaskannya sebagaimana Perjanjian Lama, namun Injil Matius 6:34 mengatakan,“Janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Melalui perkataan ini, Tuhan ingin agar kita sebagai umat-Nya dapat menikmati hidup sepenuhnya, dan tidak dikuasai oleh kekuatiran yang menghilangkan damai sejahtera dan kegembiraan dalam hidup.
Lalu, mengapa orang Kristen setiap tahun berkumpul dan mengadakan ibadah di gereja menjelang tutup tahun dan awal tahun? Apakah ada hubungannya dengan ramal-meramal dan kekuatiran hidup?
Menurut kalender gerejawi, gereja sebenarnya tidak memperingati pergantian tahun maupun tahun baru. Hanya saja, agaknya gereja merasa perlu untuk membekali umatnya dengan kebenaran Firman Tuhan, agar umat dapat memasuki tahun yang baru dengan perasaan mantap dan di dalam kebenaran karena tuntutan Tuhan. Sementara itu, tahun yang sebentar lagi akan berlalu dapat menjadi refleksi umat untuk melihat, bahwa melalui pengalaman suka dan duka, keberhasilan dan kegagalan, sehat dan sakit, Tuhan senantiasa menyertai mereka dan membuat iman mereka semakin kokoh.
Di dalam Tuhan, semua hari, tanggal, bulan dan tahun adalah baik. Sebab Dialah yang menciptakan hari-hari dan hidup manusia. Kalau kita diizinkan mengalami musibah, sakit penyakit, kegagalan, janganlah terburu-buru kita menyalahkan Tuhan. Mungkin saja kita mengalami musibah karena kurang berhat-hati atau ceroboh. Kita mengalami sakit karena kurang bijaksana dalam menjaga kesehatan, misalnya makan makanan sembarangan, jarang berolahraga, kurang istirahat, stress berlebihan. Kita mengalami kegagalan karena kurang mempersiapkan diri dengan baik. Memang, ada juga musibah, penyakit dan kegagalan yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau orang lain. Terhadap penyebab terakhir ini, kita sebagai orang Kristen mau meneladan sikap Tuhan Yesus yang mau mengampuni mereka yang bersalah seperti yang diajarkan-Nya melalui Doa Bapa Kami, “… dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” (Matius 6:12). Tuhan tidak mau kita kehilangan damai sejahtera dan kegembiraan hidup, hanya karena kita senantiasa menyimpan kesalahan orang lain dan tidak mau mengampuninya.
Hidup manusia itu sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak seorang pun dapat mengubah masa lalu, tetapi ia dapat memperbaikinya agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali di masa depan. Tidak seorang pun tahu mengenai masa depan, apa yang akan terjadi dengan hidupnya besok, kapan ia mati, dan tidak perlu rasanya mencari tahu mengenai masa depan. Yang perlu dilakukan adalah menjalani hari ini, saat ini, detik ini dengan sebaik-baiknya sebagai anugerah Tuhan, mensyukurinya sambil memercayakan diri bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita sendiri. Ia adalah Imanuel, Allah yang senantiasa beserta umat-Nya baik di kala umat-Nya mengalami kegembiraan maupun kesedihaan, keberhasilan maupun kegagalan, kelahiran maupun kematian.

Makna kelahiran kembali dan hidup baru

Di dalam kehidupan sekarang, di mana zaman semakin modern dan semakin canggih membuat perilaku dan kehidupan manusia ikut berubah. Manusia sekarang sangatlah jauh dari Allah, akibat dari semakin banyaknya dosa yang di perbuat manusia. Sehingga mungkinlah Allah sangat murka dengan manusia dan dapat meninggalkan manusia. Disinilah manusia perlu hidup baru, dan lebih mengenal Allah dengan lebih dekat. Dimana manusia itu perlu sadar akan dosa-dosa perbuatannya. Apalagi manusia sudah semakin banyak meninggalkan Allah,dan lebih dekat dengan dosa-dosa duniawi. Dengan hidup baru berarti sudah lepas dari dosa-dosa, dan hidupnya berubah dari yang fana ke hidup yang tidak fana lagi. Proses perubahan karakter hidup sangat perlu komitmen ketaatan. Sehingga agar dapat hidup baru, komitmen untuk dapat hidup lebih baik sangatlah penting. Sehingga iman kita harus terlebih dahulu kita persiapkan untuk hal demikian.

Pandangan kristen tentang perjudian

Judi dapat didefinisikan sebagai “mempertaruhkan uang dalam usaha untuk melipatgandakan uang tsb untuk sesuatu yang kemungkinannya kecil.” Alkitab tidak secara khusus mencela perjudian, pertaruhan atau lotto. Namun Alkitab memperingatkan kita untuk menjauhkan diri dari cinta uang (1 Timotius 6:10; Ibrani 13:5). Alkitab juga menasehati kita untuk menjauhkan diri dari usaha “mendapat kekayaan dengan cepat” (Amsal 13:11; 23:5; Pengkhotbah 5:10). Judi jelas sekali berfokus pada cinta uang dan menggoda orang dengan janji untuk mendapatkan kekayaan secara cepat dan mudah.

Apa masalahnya dengan judi? Judi adalah isu yang sulit karena kalau dilakukan dengan tidak berlebihan dan hanya sesekali, itu adalah menghamburkan uang, namun tidak berarti itu adalah sesuatu yang “jahat.” Orang menghamburkan uang dalam berbagai macam aktifitas. Judi tidak menghamburkan lebih banyak atau lebih sedikit uang dibanding dengan menonton film (dalam banyak hal), makan makanan yang mewah/mahal, membeli barang yang tidak perlu. Namun demikian, fakta bahwa uang juga dihamburkan dalam hal-hal lain tidak lalu membenarkan judi. Uang tidak seharusnya dihambur-hamburkan. Uang yang lebih seharusnya ditabung untuk supaya nanti dapat diberikan untuk pekerjaan Tuhan, bukan untuk dihabiskan dengan berjudi.

Judi dalam Alkitab: Walaupun Alkitab tidak secara eksplisit mencantumkan judi, Alkitab ada menyebut permainan “untung-untungan.” Contohnya, melempar undi digunakan dalam Imamat untuk memilih antara domba yang akan dikorbankan dan domba yang akan dilepaskan. Yosua membuang undi untuk membagi tanah kepada berbagai suku. Nehemia membuang undi untuk menentukan siapa yang akan tinggal di Yerusalem dan siapa yang tidak. Para rasul membuang undi untuk menentukan pengganti Yudas. Amsal 16:33 mengatakan, “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.” Dalam Alkitab judi atau “untung-untungan” tidak pernah digunakan sebagai hiburan atau sebagai kebiasaan yang pantas bagi para pengikut Tuhan.

Pandangan kristen tentang merokok

Alkitab tidak pernah secara langsung menyinggung tentang merokok. Namun demikian ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan pada merokok. Pertama, Alkitab memerintahkan kita untuk tidak membiarkan tubuh kita “diperhamba” oleh apapun. 1 Korintus 6:12 menyatakan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” Tidak dapat disangkal merokok dapat menyebabkan kecanduan yang kuat. Dalam pasal yang sama, belakangan kita diberitahukan bahwa, “ Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, —dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Korintus 6:19-20). Tidak dapat disangkal merokok sangat merusak kesehatan. Merokok telah dibuktikan merusak paru-paru dan juga sering merusak jantung.

Dapatkah merokok dianggap “menguntungkan” (1 Korintus 6:12)? Dapatkah dikatakan bahwa merokok benar-benar “memuliakan Allah dengan tubuhmu” (1 Korintus 6:20)? Dapatkah seseorang dengan jujur merokok “untuk memuliakan Allah?” (1 Korintus 10:31)? Kita percaya bahwa jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah “tidak.” Karena itu, kita percaya bahwa merokok adalah dosa, dan karenanya tidak sepatutnya dilakukan oleh para pengikut Yesus Kristus.

Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus


Yesus naik ke surga 40 hari setelah ia dibangkitkan. Selama 40 hari ia tampaknya pengikutnya dan terus mengajar mereka. Rekening yang paling rinci kenaikan dicatat dalam Perjanjian Baru Alkitab Kitab Kisah Para Rasul , yang ditulis oleh Lukas:
Dalam buku saya sebelumnya, Teofilus, saya menulis tentang semua yang Yesus mulai lakukan dan mengajar sampai hari ia diangkat ke surga, setelah memberikan instruksi melalui Roh Kudus kepada rasul-rasul yang telah dipilih. Setelah penderitaannya, ia menunjukkan dirinya kepada orang-orang dan memberikan bukti meyakinkan banyak bahwa ia masih hidup. Dia muncul kepada mereka selama empat puluh hari dan berbicara tentang Kerajaan Allah. Pada satu kesempatan, sementara ia sedang makan dengan mereka, ia memberi mereka perintah ini:. "Jangan meninggalkan Yerusalem, tetapi menunggu karunia Bapa saya berjanji, yang Anda telah mendengar saya berbicara tentang Bagi Yohanes membaptis dengan air, tetapi dalam beberapa hari kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. "

Jadi ketika mereka bertemu bersama-sama, mereka bertanya kepadanya, "Tuhan, apakah Anda saat ini akan mengembalikan kerajaan ke Israel?"

Ia berkata kepada mereka: "Hal ini tidak bagi Anda untuk mengetahui waktu atau tanggal Bapa telah ditetapkan oleh otoritas sendiri Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan dalam. semua Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. "

Setelah ia mengatakan ini, dia diangkat di depan mata mereka, dan awan menutupi-Nya dari pandangan mereka.

Mereka sedang mencari perhatian ke langit saat ia pergi, ketika tiba-tiba dua orang berpakaian putih berdiri di samping mereka. "Hai orang-orang Galilea," kata mereka, "kenapa kau berdiri di sini melihat ke langit? Yesus ini, yang telah diambil dari Anda ke surga, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

Mujizat Tuhan Yesus Kristus


dalam Injil Matius[sunting sumber]

dalam Injil Markus[sunting sumber]

dalam Injil Lukas[sunting sumber]

dalam Injil Yohanes[sunting sumber]